~ Tenneva Jordan
Mungkin itulah kutipan terindah dan terbaik bagiku.
Entah apa yang aku rasakan, kutipan itu seperti mencerminkan sekali sesosok mama. Mama yang selalu mendahulukan kepentingan anaknya, tanpa memikirikan dirinya sendiri, di saat mama sakit, mama tetap melakukan pekerjaan rumah, bahkan mama masih tetap membawakan barang ku yang ketinggalan. Jujur aku sering lupa membawa barang. Mungkin sebenarnya mama marah kesal, tapi mama tetap melakukannya untukku. Mama yang selalu aku bantah, aku lawan, aku benci, aku kesali, sebenarnya ada sosok terindah yang di kasi Tuhan untuk aku. Mama memang sering marah, dan aku pun ikut marah, tetapi mungkin itu dulu,namun sekarang aku ingin mencoba untuk menganggap marahan mama sebagai rasa sayang, namun sangatlah susah. Disaat aku ada masalah, mama emang lebih memilih untuk diam dan hanya mendengarkan, tetapi aku tau mama begitu karena mama gamau membuat aku semakin kesal. Mama selalu suruh aku makan sayur, tapi aku nolak, alu tau itu untuk kebaikan ku. Mama memarahi ku karena aku pulang larut malam, aku tau itu semua di lakuin karena mama gamau aku kenapa kenapa. Disaat aku sakit karena terlalu sering makan makanan ringan, mama memarahi, ngoceh, mendumel dan sebagainya, aku hanya bisa diam, dan aku juga tau mama marah karena mama ingin memberi aku pelajaran supaya tidak terlalu sering makan makanan ringan, tapi setelah mama marah, mama pasti langsung kasih aku obat, merawat aku dengan sangat baik... disaat aku butuh temen curhat mama slalu ada, dan slalu ngedengerin curhatan aku...ma, makasih, aku sayang mama. Entah apa yang bisa aku bales di kemudian hari.
